Tampilkan postingan dengan label pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pendidikan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 05 April 2012

Cerita Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

a.       Kisah hidup seorang guru
Suyitno adalah seorang guru SD di kecamatan banyuasin, pekerjaannya sehari-hari hanyalah mengajar dan memberi les privat kepada anak-anak yang ada disana, selama dia mengajar jarang sekali dia digaji dengan uang, penduduk disana lebih suka memberikan hasil palawijanya kepada guru tersebut, seperti: padi, jagung, ubi, pisang, dan sayur-sayuran, karena maklum saja mata  pencaharian penduduk sekitar hanyalah sebagai seorang tani dan nelayan, sehingga memaksa suyitno untuk mencari uang lebih dengan bekerja sambilan sebagai seseorang pedagang, dan yang dijualnya pun adalah pemberian dari penduduk sekitar.
Suyitno mempunyai seorang istri dan dua orang anak, beruntungnya mertua suyitno adalah seorang yang kaya, sehingga ia tidak pusing-pusing memberikan nafkah kepada istrinya dan juga anaknya, tetapi suyitno tidak mengetahui bahwa istrinya sudah bosan dengan gaji suaminya yang pas-pasan. Sehingga membuat istrinya ingin bercerai darinya, ditambah lagi dengan anaknya yang sakit dan suaminya tidak mau menemani mereka dikala mereka membutuhkannya, dan juga belum lagi desakan dari orang-tua si istri yang mendesak istrinya untuk bercerai dan menikah dengan lelaki yang sudah mapan hidupnya, walaupun lelaki tersebut sudah mempunyai istri.
Keadaan tersebut membuat suyitno bimbang, bingung, bengong melihat kehidupannya yang sembrawut belum lagi dia bekerja hanyalah sebagai tenaga honorer, dan dia sudah berusaha sebisa mungkin dengan cara yang halal tetap tidak bisa dan guru muda yang juga menjadi guru di sekolahan yang sama dengannya sudah menjadi PNS,  dan dia tanyakan bagaimana bisa menjadi PNS, pemuda tersebut menjawab “ya, dengan uang pelicinlah, kalau kita tidak memberikan apa-apa kepada mereka, maka mereka pun tidak akan memberikan apa-apa kepada kita”, mendengar hal itu suyitno pun beristighfar, karena maklum saja suyitno sudah dididik oleh kedua orang-tuanya dengan ajaran islam, ajaran yang tulus ikhlas dalam mengharapkan ridho Allah, walaupun hidupnya susah di dunia, dia tidak mau hidupnya juga susah di akhirat, toh pekerjaan yang dijalankannya adalah pekerjaan yang halal dan mempunyai nilai leluhur, dan dia berharap kelak nanti muridnya semua sukses sehingga negeri ini maju, makmur dan menjunjung tinggi nilai leluhur.

Bagaimana Pendidikan Kita (part 3)

            E. Sistem-Sistem Pendidikan yang Ada di Indonesia
     Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.
  1.  Kurikulum Tahun 1947 (Rentjana Pelajaran 1947)

Awalnya pada tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.
2. Kurikulum 1952 (Rentjana Pelajaran 1947)
     Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952.

Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

  1.      Kurikulum 1964 (Rentjana Pendidikan 1964)
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
  1.         Kurikulum 1968 (Rencana Pendidikan 1968)
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
  1.         Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan pendekatan- pendekatan di antaranya sebagai berikut.
a)      Berorientasi pada tujuan.
b)      Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
c)      Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
d)     Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
e)      Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).

  1.       Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983 menyiratakan keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun 1984 pemerintah menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984.
  2.         Kurikulum 1984 (Kurikulum CBSA)
Ciri-Ciri umum dari Kurikulum CBSA adalah:
a)      Berorientasi pada tujuan instruksional
b)      Pendekatan pembelajaran adalah berpusat pada anak didik; Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
c)      Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB)
d)     Materi pelajaran menggunakan pendekatan spiral, semakin tinggi tingkat kelas semakin banyak materi pelajaran yang di bebankan pada peserta didik.
e)      Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
f)       Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.

  1.         Kurikulum 1994
Ciri-Ciri Umum Kurikulum 1994:
a)      Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.
b)      Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
c)      Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
d)     Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban) dan penyelidikan.
e)      Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
f)       Pengajaran dari hal yang konkrit ke ha yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
g)      Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman.
h)      Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/ substansi setiap mata pelajaran.
i)        Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
j)        Bersifat populis yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.
     Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented).

  1.          Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK))
Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Menekankan pd ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
b)      Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
c)      Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
d)     Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
e)      Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
  1.         Kurikulum 2006 (KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Secara substansial, pemberlakuan (baca: penamaan) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject matter), yaitu:
a)      Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
b)      Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
c)      Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
d)     Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
e)      Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
     Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan kurikulum berbasis kompetensi sebelumnya (versi 2002 dan 2004), bahwa sekolah diberi kewenangan penuh menyusun rencana pendidikannya dengan mengacu pada standar-standar yang telah ditetapkan, mulai dari tujuan, visi – misi, struktur dan muatan kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan, hingga pengembangan silabusnya.
     Pergantian/penyempurnaan kurikulum adalah suatu keniscayaan yang harus diberlakukan untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perilaku dan metode pngajaran yang setiap saat terus berkembang. Untuk menyikapi pergantian kurikulum maka yang harus disiapkan adalah: Kesiapan dari guru itu sendiri (apapun kurikulumya apabila guru memahami akan esensi dari kurikulum maka tidak akan terjadi permasalahan), kesiapan sekolah, kesiapan pemerintah dan kesiapan stake holder pendidikan. Semoga tulisan ini dapat sedikit memberikan pencerahan tentang kurikulum di Indonesia, sehingga dapat lebih menimbulkan kearifan dalam proses belajar-mengajar.
     Jika diamati perubahan kurikulum dari tahun 1947 hingga 2006 yang menjadi faktor atas perubahan itu diantaranya: (1) menyesuaikan dengan perkembangan jaman, hal ini dapat kita lihat awal perubahan kurikulum dari rentJana pelajaran 1947 menjadi renjtana pelajaran terurai 1952. Awalya hanya mengikuti atau meneruskan kurikulum yang ada kemudian dikembangkan lagi dengan lebih menfokuskan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. (2) kepentingan politis semata, hal ini sangat jelas terekam dalam perubahan kurikulum 2004 (KBK) menjadi kurklum 2006 (KTSP). Secara matematis masa aktif kurikulum 2004 sebelum diubah menjadi kurikulum 2006 hanya bertahan selama 2 tahun. Hal ini tidak sesuai dengan perkembangan sebelum-sebelumnya. Dalam kurun waktu yang singkat ini, kita tidak bisa membuktikan baik tidaknya sebuah kerikulum. Hal senada juga diungkapkan oleh Bagus (2008), menyebutkan bahwa lahirnya kurikulum 1968 hanya bersifat politis saja, yaitu mengganti Rencana pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama.
     Hal senada juga diungkapkan oleh Hamalik (2003: 19) menyebutkan bahwa dalam perubahan kurikulum dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
a)      Tujuan filsafat pendidikan nasional yang dijadikan yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.
b)      Sosial budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.
c)      Keadaan lingkungan (interpersonal, kultural, biokologi, geokologi).
d)     Kebutuhan pembangunan POLISOSBUDHANKAM.
e)      Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan sistem nilai dan kemanusiaan serta budaya bangsa.
            Menurut, S. Nasution (dalam Jumari (2007) menyebutkan bahwa perubahan kurikulum mengikuti dua prosedur, yaitu Administrative approach dan grass roots approach Administrative approach, yaitu suatu perubahan atau pembaharuan yang direncanakan oleh pihak atasan untuk kemudian diturunkan kepada instansi-instansi bawahan sampai kepada guru-guru, jadi from the top down, dari atas ke bawah, atas inisiatif para administrator. Yang kedua, grass roots approach, yaitu yang dimulai dari akar, from the bottom up, dari bawah ke atas, yakni dari pihak guru atau sekolah secara individual dengan harapan agar meluas ke sekolah-sekolah lain.
     Kurikulum yang terbaru adalah kurikulum 2006 KTSP yang merupakan perkembangan dari kurikulum 2004 KBK. Kurikulum 2006 yang digunakan pada saat ini merupakan kurikulum yang memberikan otonomi kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan yang puncaknya tugas itu akan diemban oleh masing masing pengampu mata pelajaran yaitu guru. Sehingga seorang guru disini menurut Okvina (2009) benar-benar digerakkan menjadi manusia yang professional yang menuntuk kereatifitasan seorang guru. Kurikulum yang kita pakai sekarang ini masih banyak kekurangan di samping kelebihan yang ada.
Kekurangannya tidak lain adalah:
a)      Kurangnya sumber manusia yang potensial dalam menjabarkan KTSP dengan kata lain masih rendahnya kualitas seorang guru, karena dalam KTSP seorang guru dituntut untuk lebihh kreatif dalam menjalankan pendidikan.
b)      Kurangnya sarana dan prasarana yang dimillki oleh sekolah.

Sumber:

Bagaimana Pendidikan Kita (part 2)

       C. Perbandingan dengan Sistem Pendidikan yang Ada di Luar Negeri
     Berikut ini saya ingin membandingkan sistem-sistem pendidikan yang ada di Negara-negara maju, adapun Negara-negara dengan perbandingan sistem pendidikannya adalah sebagai berikut:

No
Negara
Perbandingan
1.
Indonesia
Wajib belajar 9 tahun, jenjang waktu sekolah SD=6 tahun SMP= 3 tahun SMA 3 tahun.
2.
Malaysia

3.
Jepang
Tahun ajaran dimulai bulan april dan mempunyai 3 semester dalam setahun, wajib belajar dari usia 6-15 tahun.
4.
Spanyol
Wajib belajar 6-16 tahun, jenjang waktu sekolah SD=6 tahun SMP= 4 tahun SMA= 2 tahun, memiliki libur lebih panjang di musim panas biasanya 15 juni-15 september.
5.
Kanada
Wajib belajar 16 tahun, wajib belajar di sekolah 1 tahun=190 hari.
6.
Amerika serikat
Tiap-tiap sekolah mempunyai sistem pendidikan masing-masing, syarat lulus bukanlah test tetapi hasil riset dan dipresentasikan di depan kelas.
7.
Singapura
SMP dan SMA digabung dan lamanya waktu pendidikan adalah 4-5 tahun.
8.
Jerman
Hanya ada 2 jenis pendidikan, yaitu pra perguruan tinggi=13 tahun, dan perguruan tinggi.
9.
Inggris
Naik dari kelas 1-6 SD tanpa ujian
10
Finlandia
Semua guru tamatan S2
11.
Korea selatan
Wajib belajar 9 tahun, 1 hari = 6 jam di sekolah
12.
Australia
Orang-tua kena sanksi, jika anaknya tidak rajin masuk sekolah, adanya bimbingan konseling di tiap sekolahan.
13.
China
Adanya klasifikasi guru, prasekolah 3 tahun


D. Solusi Dalam Mengatasi Permasalahan Pendidikan yang Ada di Indonesia
     Begitu banyak permasalahan pendidikan yang ada dinegeri kita membuat kita terharu akan nasib bangsa kita sendiri, ingin rasanya menangis melihat suasana pendidikan di negeri ini dan iri bila melihat suasana pendidikan yang ada di negeri-negeri yang pendidikannya sudah maju. Tetapi apa yang dapat kita perbuat, sehingga membuat saya mencari solusi jitu dalam mengembangkan pedidikan yang ada di negeri kita ini.
    
Adapun solusi dalam mengatasi permasalahan pendidikan yang ada di Indonesia, diantaranya adalah:
  1.  Kita harus mencontoh sistem-sistem pendidikan yang telah maju di Negara-negara yang telah maju, terutama Negara Finlandia. Negara Finlandia menyumbang pendidikan sekitar 20% dan guru-guru disana rata-rata S2 dan guru adalah pekerjaan terhormat dan dibanggakan bagi masyarakat Finlandia disana. Guru-guru berasal dari lulusan “the best of tenth” dalam ranking kelulusan, sistem pembelajaran disana juga sangat menyenangkan, tidak ada yang namanya Pr, dikarenakan Pr membuat siswanya terkekang dan juga mempunyai sedikit waktu untuk kebersamaan bersama keluarga, dan juga tidak ada yang namanya test dikarenakan test dianggap memberatkan siswa apalagi yang namanya test kenaikan kelas dikarenakan itu dapat mengganggu psikologi belajar siswa. Dan Negara Israel juga menyumbang pendidikan yang lebih besar dan rahasianya adalah  apabila sang ibu mengandung maka  sang ibu akan sering menyanyi dan bermain piano. Si ibu dan bapak akan membeli buku matematika dan menyelesaikan soal bersama suami. Dan si ibu dan bapak suka sekali memakan kacang badam dan korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya roti dan ikan tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang-kacangan. Seterusnya di kelas 1 hingga 6, anak anak Israel akan diajar matematika berbasis perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan. Segala pelajaran akan dengan mudah di tangkap oleh anak Yahudi. Olahraga yang diutamakan adalah memanah, menembak dan berlari. Di perguruan tinggi murid-murid digojlok dengan pelajaran sains. Mereka didorong untuk menciptakan produk. Diakhir tahun diuniversitas, mahasiswa fakultas ekonomi diharuskan mengerjakan proyek. Dan mereka akan lulus jika team mereka (10 pelajar setiap kumpulan) dapat keuntungan sebanyak $US 1 juta.
  2. Memberikan kebebasan kepada guru dengan menerapkan metode mereka masing-masing dalam hal berlomba-lomba dalam meningkatkan bakat dan kemampuan siswa dan pengetahuan akademisnya.
  3. Memberikan kesejahteraan kepada guru sehingga mereka dapat fokus dalam mengajarkan pelajaran kepada peserta didiknya.
  4. Memberikan ilmu pengetahuan kepada sang guru sehingga dia dapat mengetahui bagaimana cara mengajar yang baik.
  5. Adanya konseling di sekolah oleh guru psikologi sehingga membuat siswa dan wali murid dapat curhat dalam mengatasi masalah pendidikan yang ada di sekolah tersebut, baik mengenai sarana dan prasarana yang ada di sekolahan tersebut, peraturan, ataupun tentang kelakuan guru terhadap pesrta didiknya, maka disini yang bergerak adalah guru psikologi yang dapat menghubungkan kepada pihak sekolah ataupun yayasan dan identitas tentang siswa dan wali murid yang melaporkan atau yang curhat kepadanya harus dijaga. Dan  juga guru-guru yang yang mempunyai permasalahan dalam mendidik siswa atau dalam proses belajar mengajar sehingga mereka dapat lebih mengoptimalkan pendidikan.
  6. Pemerintah mendukung seluruh kemajuan dalam pendidikan, baik dalam hal menyediakan sarana dan prasarana pendidikan, memberikan bantuan kepada siswa yang berminat dalam hal riset dan teknologi, mengratiskan biaya pendidikan, adanya pertukaran pelajar dan studi banding ke berbagai tempat yang dinilai dapat memajukan sistem pendidikan, mencari-cari warganya yagn belum mengenyam pendidikan dan memberikan kepada mereka pendidikan yang layak.
  7. Dukungan / support dari masyarakat, dengan support dari masyarakat dan menghormati orang-orang yang berpendidikan sehingga membuat mereka tertarik dan ingin berlomba-lomba dalam hal pendidikan.
  8. Menciptakan suasana “learning is fun”.
  9. Meniadakan PR, test, dan standarisasai kenaikan kelas. Test kenaikan semester sebaiknya diganti dengan hasil riset siswa dan penemuan-penemuan terbaru.
Referensi:

http://www.pendidikanislam.net/index.php/untuk-guru-a-dosen/38-umum/98-sekilas-model-pendidikan-di-amerika-serikat-1

Bagaimana Pendidikan Kita (part 1)

A. Pengertian Pendidikan
Arti pendidikan adalah aktifitas bimbingan, binaan, yang dilakukan seseorang pendidik terhadap peserta didik dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Pendidik adalah seseorang yang berilmu pengetahuan dan mengetahui bagaimana cara mendidik peserta didiknya. Peserta didik adalah seeorang yang dididik oleh pendidik.
Sedangkan menurut situs Wikipedia arti pendidikan adalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
B. Pendidikan yang Ada di Indonesia dan Permasalahannya
Kita ketahui bahwa pendidikan dan kesehatan sangatlah penting bagi kemajuan bangsa dan Negara. Baiklah disini, saya akan menjelaskan secara ringkas bagaimana pendidikan kita pada saat sekarang ini, perlu kita ketahui pendidikan kita jauh terbelakang dari Negara-negara maju, buktinya saja masih banyak penduduk kita yang buta aksara dikarenakan mahalnya biaya pendidikan, jangankan mau bersekolah makan saja mereka pas-pasan belum lagi mereka harus membantu orang-tuanya bekerja menghidupi keluarga.
Inilah hal yang menghambat pendidikan di negeri kita, tetapi kita sekarang patut bersyukur karena pemerintah telah mengalakkan wajib belajar 9 tahun dan itu semuanya gratis, mulai dari masuk ke sebuah sekolah sampai sarana dan prasarananya disediakan oleh pemerintah. Tetapi bukan tidak mungkin masih banyak anak-anak negeri ini yang putus sekolah dikarenakan ada beberapa faktor yang menghambat pendidikan, diantaranya adalah:
  1. Mereka terpaksa meninggalkan sekolahnya dikarenakan mereka harus membantu orang-tuanya bekerja, belum lagi ada yang orang-tuanya sakit, ada yang tidak mempunyai orang-tua, sehingga merekalah yang menjadi tulang punggung keluarga, membantu saudara-saudara yang lain dalam mencukupi kebutuhan hidup mereka.
  2. Mereka tidak mau sekolah karena mereka mengganggap sekolah bukanlah prioritas, yang menjadi prioritas bagi mereka adalah bekerja, karena bagaimanapun tingginya pendidikan seseorang, mereka juga membutuhkan yang namanya bekerja, dan juga orang yang berpendidikan tinggi belum tentu mendapatkan pekerjaan.
  3. Mereka enggan sekolah, dan walaupun bersekolah tidak sampai tamat dikarenakan mereka mengganggap belajar adalah sesuatu hal yang menjenuhkan karena begitubanyak peraturan yang ada di dalamnya dan juga cara pengajaran guru yang kurang baik. Ada juga yang mengganggap belajar tidak harus di sekolah, belajar dapat dilakukan di mana saja mereka sukai.
  4. Mereka ingin belajar, tetapi suasana lingkungannya yang tidak mendukung mereka untuk belajar, mulai dari orang-tua yang melarang mereka untuk belajar, pengaruh dari teman-teman dan masyarakat sekitar, tidak adanya sekolahan di tempat mereka tinggali kalaupun ada itupun sekolahannya jauh dari pemukiman mereka dan sekolahannya juga tidak terawat.
  5. Mereka diculik dan dijadikan pencopet, pengamen jalanan, pengemis atau ada juga yang dijadikan sebagai pembantu.
Referensi:
www.wikipedia.com